Malam itu dingin sekali, setelah makan malam sederhana saya tertidur pulas dan dibangunkan oleh suhu dingin yang menusuk tulang. Suhu saat itu paling tidak sekitar di bawah 14 derajat di pagi buta, tentu saja sangat dingin untuk ukuran makhluk tropis semacam ini, hahaa…
Sarapan Pagi
Pagi itu begitu dingin, lelahnya bukan main. Tapi malam lalu saya cukup beristirahat. Sudah tidak sabar untuk melanjutkan perjalanan, mencapai tujuan, pulang. Perjalanan sebelumnya di hari pertama memang cukup berat. Ceritanya silahkan baca di sini Pengalaman Pertama Backpacking Sendirian, Hari ke-1.
Rencananya perjalanan akan saya mulai pukul 9, setelah sarapan pagi dan mengepak perlengkapan camping. Beruntungnya tempat ini menyediakan kamar mandi umum, jadi pagi itu saya mandi dan menggosok gigi (untuk perjalanan serupa yang lebih panjang, mandi adalah hal mewah yang dilakukan di sungai atau danau paling tidak setelah 3 hari perjalanan).
Perlengkapan tidur saya pack ke dalam ransel, kemah pun saya bongkar dan jemur di bawah terik mentari pagi agar kering. Teh yang saya dapatkan di Pasar Tradisional Turki itu saya seduh, wanginya begitu indah, selaras dengan pemandangan pagi di Rejštejn. Beberapa waktu lalu kami sempat menghabiskan liburan musim semi di Istanbul Turki. Mood booster terbaik untuk memulai hari ini.
Menelusuri Sungai Otava ke Annín
Ransel itu saya panggul kembali, tempat sewa kemah saya bayar dan perjalanan hari kedua itupun saya lanjutkan. Selamat datang kembali ransel berat, terima kasih sudah menjadi teman hebat dalam perjalanan ini. Terima kasih Rejštejn, sudah menjadi rumah indah di taman asing.
Hari kedua ini sangat hangat, cuaca yang sangat tepat untuk menyusuri pedesaan Eropa. Semoga saja hujan tidak turun hari ini, berjalan di bawah hujan dan mendirikan kemah di tanah basah bukanlah ide baik. Apalagi suhu di pagi hari bisa menurun drastis hingga di bawah 15 derajat Celcius, bisa bisa saya membeku dan kena hipotermia.
Awan kelabu menggantikan langit yang biru, dengan cepat pagi yang indah itu berubah menjadi dunia kelabu yang menjengkelkan. Di samping kanan mengalir sebuah sungai indah, Sungai Otava, satu dari sekian banyak sungai di Republik Ceko. Pedesaan di sana sangat indah, bahkan langit kelabu pun tidak mengurangi keindahan sungai yang populer dengan kegiatan rafting-nya itu.
Sungai Otava
Jalur turistik di sepanjang Sungai Otava lebih populer untuk kegiatan olahraga airnya terutama rafting, karena kondisi alam yang masih alami, tempat perkemahan yang melimpah ruah dan banyaknya daerah wisata lain (kastil dan istana) yang bisa dikunjungi. Sungai Otava dulunya adalah sungai yang kaya, energi yang dihasikan oleh aliran air sampai saat ini masih dimanfaatkan sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air).
Bertahun-tahun lalu ada kegiatan penambangan emas di daerah Kašperské hory dan Rejštejn. Mungkin saja kampung terlantar yang saya lewati di hari pertama itu adalah bekas pabrik penambang emas. Bahkan sampai pada tahun 1930, Sungai Otava merupakan sungai yang penting sebagai daerah migrasi dan pemijahan dari ikan salmon.
Rejštejn ke Annín
Di sepanjang perjalanan saya bertemu beberapa orang yang terheran-heran ketika saya berbicara bahasa ceko. Meskipun hanya level dasar, mereka sangat menghargai orang-orang yang mampu berbahasa lokal dikarenakan level bahasanya yang sangat susah.
Rumah-rumah di sini sangat indah. Ada sebuah rumah batu dengan halaman luas yang sangat bersih. Jalur turistik yang sangat luar biasa. Sampai akhirnya saya mencapai jalan masuk hutan yang kelihatannya tidak bisa dilewati. Saya kemudian memutuskan untuk duduk di sebuah tempat yang memang disediakan untuk beristirahat dan makan roti kering untuk snack.
Ternyata jalur ini hanya tersedia untuk pengguna sepeda dan pejalan kaki. Palang tersebut diletakkan agar daerah hutan ini tidak dilewati oleh mobil. Mengerikan juga hutan itu, namun saya bertemu beberapa pengendara sepeda yang melewati hutan tersebut. Jalannya menanjak dan gelap, sepi, tidak ada pejalan kaki lainnya. Kemudian saya bertemu semakin banyak pejalan kaki, beberapa keluarga bersama anak-anaknya berjalan menyusuri hutan dan beristirahat di sebuah bukit batu yang besar. Beberapa meter berjalan dan saya sampai di Annín, tempat yang sangat ramai oleh rafter atau para pengguna rakit.
Annín dan Sungai Otava
Saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya akan istirahat makan siang di Annín. Tepat seperti perkiraan, Annín terasa sangat jauh dan melelahkan, padahal jaraknya hanya sekitar 5 km. Matras tipis pun saya buka di pinggir Sungai Otava di Annín, tepat di depan sebuah perkemahan besar di seberang sungai yang sangai ramai.
Sekitar 1 jam beristirahat di Annín, perjalanan saya lanjutkan. Namun kemudian saya dihentikan oleh sepasang kakek nenek yang mengendarai sepeda dan bertanya saya akan kemana. Saya jawab bahwa saya akan ke Sušice. Mereka adalah pasangan yang tinggal di Sušice, juga terheran-heran karena saya berjalan kaki dengan ransel besar, sendirian pula, terlebih lagi Sušice masih jauh dari sini. Tapi menurut saya mereka juga hebat, di umur yang sudah senja tersebut mereka masih pacaran, naik sepeda pulang pergi kira-kira sejauh 20 km. Bayangkan…
Perjalanan Paling Sulit
Cuaca mulai membaik, awan kelabu yang tadinya menutupi langit perlahan-lahan menghilang. Banyak sekali tempat berkemah di pinggir sungai yang saya temui. Lagi-lagi jalan yang harus disusuri terletak di pinggir jalan raya yang penuh dengan mobil. Namun pemandangan yang ditawarkan benar-benar indah.
Jalur turistik membawa saya kembali masuk ke dalam hutan, jauh benar jaraknya. Hari sabtu itu berubah menjadi hari yang cerah. Saya benar-benar tidak sanggup lagi berjalan, terpikir untuk mencari halte bus dan melanjutkan dengan bus namun tentu saja saya tidak tahu dimana letaknya. Saya memasuki beberapa daerah pedesaan setelah keluar dari hutan, panas sekali sore itu. Di puncak gunung terlihat sebuah kastil. Kastil itu adalah Kastil Kašperk. Tadinya saya berencana untuk melewati jalur hiking menuju ke Kastil Kašperk. Namun saya batalkan karena letaknya yang cukup jauh.
Ada peternakan lainnya di sepanjang jalan ini, penuh dengan ternak sapi berwarna putih. Aneh sekali mereka, saya hanya pernah melihat sapi berwarna kuning kecoklatan. Lebih aneh lagi, kawanan ini memandangi sambil mengikuti langkah saya di sepanjang jalan. Lucu juga sapi-sapi putih ini.
Tidak diragukan lagi, perjalanan ini adalah perjalanan yang paling sulit. Tidak habis rasanya jalanan yang harus dilalui. Lelah dan membosankan. Langkah demi langkah saya tapakkan ke tanah keras itu, keringat mengucur deras, air berliter-liter yang saya panggul menjadi semakin ringan. Sampai lagi di sebuah desa, ada banyak sekali orang di sana. Kelihatannya murid-murid sekolah yang sedang mengikuti kemah musim panas. Mereka menuju ke sungai untuk berenang.
Sudah Sampai di Sušice?
Ada sebuah taman indah dan luas penuh dengan pengguna sepeda, sepatu roda, skate board, long board, pelari dan berbagai macam jenis olahraga lainnya. Sepertinya sedikit lagi saya sampai di Sušice. Matahari perlahan-lahan sudah mulai tenggelam, ahh.. Ada papan penunjuk jalan di depan sana. Tempat ini bernama Červené Dvorce, dan Sušice hanya berjarak 3 km di depan sana.
Sepertinya jalur turistik di sekitar sini diubah, karena arahnya menunjukkan arah yang berbeda. Ke dalam hutan di dekat sungai. Indah sekali sungai Otava ini, tempat yang tenang dan damai dengan cuaca yang sangat cerah. Langkah terus saya pacu sampai akhirnya saya sampai di Sušice. Ada taman besar di dekat sungai. Penuh dengan para pejalan kaki, perenang dan keluarga-keluarga, lansia dan anak-anak muda yang menghabiskan waktu di akhir pekan. Saya duduk di pinggir sungai. Istirahat pendek dan minum air. Melihat-lihat peta di mana arah menuju ke tempat perkemahan di Sušice.
Dimanakah saya saat ini? Tidak mungkin, sangat tidak mungkin. Saya memang sudah sampai di Sušice, tapi tempat perkemahan itu jaraknya masih 3,5 km dari posisi saya. Air mata berlinang, hampir saja jatuh membasahi pipi, mengikuti gravitasi bumi. Sudah tidak kuat lagi, matahari hampir hilang dan masih harus berjalan 3,5 km lagi? Sial… tidak mungkin berkemah di taman kota, bisa bisa malam nanti ditangkap polisi setempat. Harus bagaimana? Tentu saja harus terus berjalan maju.
Sisa- sisa energi di hari itu harus dimaksimalkan. Beberapa kali saya tersesat, dan tentu saja menambah jarak perjalanan tersebut. Pelan tapi pasti kaki ini terus melangkah. Sungai indah itu mulai kehilangan mantranya, saya sudah sangat lelah. Sungai Otava tiba-tiba saja kehilangan pesonanya.
Berkemah di Water Camp Site Sušice
Ada banyak kemah di depan sana. Terima kasih Tuhan, hampir sampai. Langkah-langkah terakhir menuju ke base camp Sušice terasa sangat berat. Kaki ini sudah lecet, pundak hampir saja jatuh menyentuh tanah. Semakin dekat ke tujuan, semakin susah rasanya.
Ransel berat turun dari punggung, saya memilih tempat paling ujung di dekat kemah terakhir yang paling dekat. Sudah tidak mampu lagi rasanya berjalan dan mencari tempat lain yang lebih baik. Dan lagi masih harus mendirikan kemah sebelum gelap, hampir tidak ada lagi energi yang tersisa. Tapi tentu saja akan lebih sulit untuk mendirikan kemah saat gelap. Pelan-pelan kemah pun saya dirikan. Masalah biaya akan saya urus besok pagi.
Malam Penuh Renungan
Kemah sudah berdiri, sleeping bag sudah siap, sekarang saatnya untuk mengganti sepatu dan celana yang basah. Saya sempat menyeberangi sungai dan menemui jalan buntu, akhirnya harus berjalan dengan pakaian yang basah. Di sini tentu saja juga tersedia kamar mandi umum dan air hangat. 30 Kč untuk 10 menit air panas, sekitar 15.000 rupiah. Malam terbaik, saya berhasil menyelesaikan perjalanan dan mandi air hangat.
Saya menghadiahi diri dengan mie instan rebus dan pancake kentang yang dijual di kantin perkemahan. Segelas bir juga sepertinya pantas untuk merayakan keberhasilan ini. Saya bukan penggemar berat bir, tapi sepertinya malam ini saya boleh sedikit merayakannya. Bir merupakan identitas budaya orang-orang ceko, bahkan harganya lebih murah dari air putih. Namun anehnya jarang sekali saya temui orang-orang yang kerjanya hanya mabuk-mabukkan. Mereka cukup bertanggung jawab untuk tidak melakukan tindak kriminal akibat pengaruh alkohol. Menarik.
Malam itu saya banyak berpikir. Betapa beruntungnya kita sebagai manusia dianugerahi rumah untuk berteduh, makanan untuk mengisi perut dan dikelilingi orang-orang yang mengasihi kita. Kadang kalian hanya harus menjelajah, punya waktu untuk diri sendiri dan tetap bersyukur untuk anugerah Sang Maha Kuasa atas kehidupan yang kita miliki. Dengan backpacking seperti ini saya belajar untuk tetap bersyukur, mengerti bahwa alam adalah hadiah terindah yang memberi kehidupan di bumi.
Setelah diukur-ukur, ternyata hari kedua backpacking sendirian ini saya berjalan sejauh 17,7 km. Benar-benar melelahkan. Suara aliran Sungai Otava di malam itu menjadi satu dari lagu-lagu tidur paling merdu yang pernah saya dengar. Bangga juga rasanya bisa menyelesaikan misi ini, apalagi jika kalian jujur terhadap diri sendiri dan berpegang pada apa yang kalian percayai. Seperti kata pepatah, ada kemauan pasti ada jalan. Jangan menyerah, teruslah berusaha mencapai impianmu! Malam itu hujan deras dan berangin, tapi saya punya tempat untuk berteduh.