Kampung Wologai, Kampung Adat Berusia 800 Tahun di Flores
Wologai, Kampung Adat yang terletak di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kampung yang berusia 800 tahun ini merupakan salah satu dari kampung-kampung adat yang ada di Flores. Terletak pada Jalur Trans Flores, kampung ini merupakan destinasi adat yang wajib kalian kunjungi jika kalian berencana mengunjungi Danau Tiga Warna Kelimutu.
Labuan Bajo ke Ende
Seperti biasa, tujuan jalan-jalan Get Lost Safely ke suatu tempat memang selalu dipilih karena spot divingnya. Pada trip tahun 2017, Get Lost mengunjungi Labuan Bajo untuk diving dan untuk melihat Komodo, si reptil terbesar di dunia. Kebetulan waktu itu kami memiliki waktu beberapa hari untuk mengeksplorasi tempat-tempat wisata lainnya.
Tujuan utama kami terbang dari Labuan Bajo ke Ende adalah untuk mengunjungi Danau Tiga Warna Kelimutu. Kebetulan di dekat Jalan Trans Flores, dalam perjalanan kami dari Ende menuju ke Kampung Moni, ada sebuah Kampung Adat yang ternyata berusia kurang lebih 800 tahun.
Wologai adalah satu dari beberapa destinasi wisata yang sempat Get Lost kunjungi dalam perjalanan menuju Danau Kelimutu. Jalan yang berliku-liku, persawahan di sepanjang jalan menuju Danau Kelimutu dan jembatan bambu di Kali Wolowona adalah beberapa destinasi yang sempat kami kunjungi. Di Ende, kami mampir sebentar di Rumah Pengasingan Bung Karno Presiden Pertama Republik Indonesia.
Kampung Adat Wologai
Kampung Adat Wologai yang didiami oleh Suku Lio ini dikabarkan sudah berusia 800 tahun. Di jalan masuk, ada sebuah pohon beringin besar dengan akar raksasanya yang menyambut kedatangan turis. Kemudian, beberapa tapak tangga akan mengantarkan kalian ke dalam Kampung Wologai.
Kampung ini tidak berukuran besar. Posisinya berada di sebuah lembah di dekat kaki Gunung Lepembusu. Dari desa, terpapar pemandangan indah pegunungan yang berselimut awan. Atap-atap bangunan tradisional berwarna hutan tersebar di bawah pegunungan, sebuah pemandangan yang memikat mata.
Kabarnya, di tahun 2012 sempat terjadi kebakaran yang menghanguskan setengah bangunan-bangunan di kampung ini. Namun beberapa bangunan rumah tradisional masih kokoh berdiri. Pembangunan rumah adat yang baru dilakukan setelah menjalankan Ritual Naka Wisu.
Rumah adat di Wologai dibangun seakan membentuk sebuah lingkaran. Di bagian tengah kampung ada sebuah altar yang digunakan dalam prosesi-prosesi adat tertentu. Wisatawan tidak dijinkan untuk menginjak atau berdiri pada altar batu tersebut.
Beberapa jenis kerajinan pahat juga dibuat di kampung ini. Salah satunya berupa pahatan sepasang lelaki dan perempuan yang dijual dengan harga 100 ribu rupiah per pahatan di tahun 2017.