Berburu Hiu di Raja Ampat
Hiu itu cantik, cantik dalam artian tersendiri, terutama untuk para penyelam. Sebenarnya mereka tidak sebegitu berbahaya seperti yang dibayangkan sebagian besar orang. Banyak penyelam yang berburu hiu, bukan untuk makan siang atau makan malam, tapi untuk kecantikannya. Kecantikannya ini teramat sayang jika harus berakhir di atas piring dan di dalam perut 😀
Kali ini perburuan hiu dilakukan di Raja Ampat, Papua Barat, Indonesia. Salah satu dari sekian banyak destinasi selam terbaik di dunia. Di atas kapal, titik selam pada akhirnya ditukar karena alasan operasional. Tidak ada begitu banyak ikan di destinasi selam awal, sementara terlihat ada begitu banyak ikan di titik selam kedua. Pada akhirnya penyelaman dilakukan di titik selam kedua, karena banyaknya ikan. Dari dasar laut, saya menatap ke atas, ke permukaan air. Langit hampir tidak terlihat karena ada begitu banyak ikan dalam gerombolan. Sejujurnya, pergantian lokasi penyelaman atas alasan jumlah ikan bukanlah keputusan yang terbaik.
Kemudian kami mulai menyelam di sepanjang terumbu karang. Dari kedalaman air laut yang gelap, tepat dari arah berlawanan, muncul sang hiu (jenis Whitetip Reef Shark) yang dinanti-nanti. Namun dengan gerakan yang begitu anggun, ia berbalik dan pergi menghilang dari pandangan. Perjalanan kami lanjutkan, berenang bersama arus. Saat itu saya sudah tidak berminat terhadap hal lainnya lagi dan bertanya-tanya, apakah si hiu akan muncul lagi? Ya!! Hebatnya kali ini dia tidak sendirian, muncul kembali bersama seekor hiu lainnya. Akan tetapi, sekali lagi mereka hanya menampakkan diri dan kemudian menghilang tertelan birunya laut.
Arah arus kemudian berubah dan kami ikut hanyut bersama arus tersebut. Saya sudah hilang harapan, tidak mungkin kedua hiu cantik itu akan kembali lagi dalam jarak pandang kami. Secara mengejutkan kedua hiu muncul di belakang kami dan dengan gerakan anggun nan angkuh mereka memamerkan siripnya.
Beberapa menit kemudian, hanya ada saya dan sang guide selam, berada dalam ketenangan dan kesunyian bawah laut. Begitu sunyi di bawah sana, hanya terdengar suara gelembung udara yang kami hembuskan dan merayap ke atas permukaan air. Kami tidak terburu-buru, hanya mengamati… dan menanti. Kami menjelajah di sekeliling gerombolan besar ikan yang tidak begitu peduli dengan keberadaan kami. Lalu….
“Draam..”! Suara keras yang memekakkan telinga dengan cepat merambat dalam air. Dalam gerakan serempak dan sekali sentak, setiap ikan dalam gerombolan bergerak searah, mengganti arah renangnya. Sekali lagi “draam”. Tidak ada begitu banyak hal yang bisa dilihat kecuali gerombolan ikan yang berenang dalam kelompok besarnya, dan dengan gerakan cepatnya menghasilkan getaran berupa suara memekakkan telinga yang dengan cepat dihantarkan oleh air laut ke telinga kami. Sampai pada saat yang ketiga, “draaam!”, nampak beberapa meter di depan kami dua ekor hiu. Kali ini dengan cepat berenang, memangsa ikan yang besarnya hampir sama dengan tubuhnya sendiri. Kedua hiu dan gerombolan ikan yang dimangsanya bergerak menjauh di atas pandangan kami dan menghilang di balik terumbu.
Di dalam kebiruan laut, kisah ini (tepatnya di Raja Ampat, Papua Barat, Indonesia) berlangsung begitu cepat dan tidak ada kesempatan untuk mengabadikannya dalam bingkai. Kedua foto whitetip reef shark tersebut tepatnya saya ambil di Palau. Saya telah mengabadikan beberapa momen menarik bersama hiu, yang belum tercapai adalah pada saat hiu memburu mangsanya.